Cara Memahami Sebuah Foto
() translation by (you can also view the original English article)
Kita menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang bagaimana caranya membuat dan mengambil sebuah foto, tapi kita mungkin saja tidak secermat itu saat mencoba memahami sebuah foto yang sudah diambil. Selain bagi orang-orang yang pernah mempelajari fotografi secara professional, kita biasanya hanya melihat sebuah foto sebagai gambaran yang secara teknis sudah tepat dari apa yang fotograper lihat saat mengambil foto tersebut. Mengutip Gertrude Stein, sebuah subjek adalah subjek itu sendiri. Dan sejujurnya, beberapa foto — contohnya potret dan foto yang diambil secara tidak professional — tidak mempunyai arti lain selain sebagai bukti nyata yang mengingatkan kita pada apa yang pernah kita lihat atau alami. Foto makanan yang kita ambil saat di restoran, selfie, dan foto yang diambil pada suatu acara seringkali termasuk dalam kategori ini.
Sebuah mawar adalah mawar itu sendiri. —Gertrude Stein, “Sacred Emily”
Akan tetapi, banyak juga foto yang menyimpan cerita lain dibaliknya, — cerita yang tidak kalah dalam dengan cerita tertulis — hanya jika kita mau meluangkan waktu untuk mengamati and memproses bahasa visual dari foto tersebut. Seorang fotografer mempunyai peran diantara subyek foto dan orang yang melihat foto tersebut, dengan cara menyusun dan menangkap elemen dalam foto tersebut untuk membentuk suatu cerita, menyentuh fokus dari orang yang melihat dan membangkitkan berbagai macam perasaan. Foto-foto ini mempunyai suatu arti. Foto-foto tersebut tidak hanya mengundang orang yang melihat untuk terlibat namun mereka juga mendorong suatu ikatan antara foto itu dan mereka yang melihat. Foto-foto ini mengandung suatu pandangan dan informasi, tetapi hanya jika kita mau mengartikan retorik visual dari foto tersebut.
Kita juga memahami sebuah foto untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan foto tersebut. Dibandingkan dengan jenis karya seni lainnya, sebuah foto mewakili sesuatu yang lebih nyata. Kita tidak melihat suatu foto dengan kecermatan yang sama dengan saat kita ingin memahami foto itu, dengan menggunakan foto sebagai gerbang visual untuk membentuk kembali apa yang ingin kita lihat dalam pikiran kita. Akan tetapi, foto yang terasa paling mewakili sekalipun adalah hasil dari versi kenyataan yang dibuat oleh fotografer untuk penonton yang diinginkannya. Dengan memahami suatu foto, kita mengurai isi foto itu, membaca apa yang ingin disampaikan oleh fotografer daripada hanya melihat foto tersebut dengan apa adanya.
Cara Memahami Sebuah Foto
Tidak ada cara yang pasti untuk memahami suatu foto. Sebenarnya, pendekatan kita untuk memahami suatu foto dapat berubah, tergantung dari tujuan anda atau bagaimana anda ingin menggunakan foto tersebut. Contohnya, saat anda melihat sebuah foto untuk mendapatkan informasi tentang sejarah, anda akan lebih banyak memperhatikan tentang pandangan budaya dari fotografer tersebut dan perilaku sosial yang berlaku saat foto tersebut diambil. Sebaliknya, jika anda ingin mencari makna sosial dalam suatu foto, anda akan lebih banyak memperhatikan teknik yang dipakai oleh fotografer untuk menentukan subyek dari foto tersebut.
Para penikmat foto bisa saja tidak setuju dengan kualitas atau hubungan dari suatu foto, dan mereka dapat—dan biasanya memang terjadi—membuat beberapa tafsiran berbeda dari suatu foto. Yang biasanya terjadi juga adalah saat kita telah mendapatkan satu arti dari sebuah foto, lalu kita melihat kembali foto tersebut, kita memahami dengan cara yang berbeda dan mendapatkan arti yang berbeda dari foto yang sama. Akan tetapi, ada batasan dari seberapa jauh kita dapat menafsirkan foto tersebut. Batasnya bukanlah apa yang diinginkan fotografer untuk disampaikan dalam foto itu, namun apakah gambaran yang kita dapatkan masih sesuai dengan gambaran dalam foto tersebut. Penafsiran yang mengubah foto tersebut menjadi tidak sesuai dan bertentangan dengan bagian-bagian lainnya dianggap sebagai penafsiran yang tidak sah.
Jadi, bagaimana cara kita untuk memahami sebuah foto? Walaupun tidak ada aturan yang pasti dan mutlak, ada pedoman yang bisa kita gunakan. Pedoman ini didasari oleh pandangan kami tentang bagaimana kami memahami penafsiran dua dimensi terhadap benda tiga dimensi, dan bagaimana, secara budaya, kami mengartikan elemen visual, ikon, dan simbol-simbol. Terry Barrett, seorang ahli seni dari Amerika yang berfokus pada cara memahami fotografi, menyarankan kami untuk memakai panduan dalam pendekatan ini dengan cara yang akan saya tampilkan dalam rumus ini:
Subyek dalam foto + Bentuk + Media yang digunakan + Konteks = Isi dalam foto tersebut
Saya telah menggunakan rumus ini untuk membentuk panduan untuk memahami fotografi seperti dibawah ini:
Subyek Dalam Foto: Apa yang Ada Dalam Foto Tersebut?
Mulailah memahami sebuah foto dengan cara melihat apa saja yang ada di dalam foto tersebut. Orang, tempat dan benda seperti apa yang termasuk di dalam foto tersebut? (Pastikan anda melihat sampai dengan semua sudut dari foto tersebut). Susunlah dan masukkan mereka (anda dapat mengingatnya atau menulisnya di kertas) ke susunan kategori yang logis.
Perhatikan apakah ada aktifitas yang tertangkap oleh kamera. Jika ada, bagaimana orang-orang atau aktifitas tersebut menggunakan obyek dalam foto itu? Apakah ada hubungan antara subyek dalam foto? Apakah mereka saling menyentuh atau melihat satu sama lain? Atau adakah suatu susunan tertentu diantara subyek?
Di foto dibawah in, ada seorang anak laki-laki, sebuah bola, pintu yang setengah terbuka, sebuah kamera dan beberapa papan tanda. Ada juga beberapa jendela, sebuah lorong, susuran tangga, anak tangga, sinar matahari dan beberapa bayangan. Ada hubungan antara anak laki-laki dan bola. Selain itu terdapat hubungan antara papan tanda (Carabinerin, atau polisi), pintu masuk dan kamera pengawas. Lorong, jendela, anak tangga, dan jalanan melengkapi latar foto. Masih belum ada hubungan antara anak laki-laki itu, bola, dan polisi, tetapi antisipasi terhadap hubungan dari ketiganya tergambar jelas.



Ketika melihat apa saja yang ada di dalam foto, pastikan anda juga memperhatikan apa yang tidak ada dalam foto tersebut. Bisakah anda membayangkan bahwa benda-benda yang tidak ada di foto itu sebenarnya ada namun dibiarkan tertinggal dari tangkapan kamera baik secara tidak sengaja maupun tidak? Misalnya, apakah fotografer sengaja mengambil foto dan tidak memasukkan benda itu atau benda itu tidak dimasukkan karena tidak mungkin masuk di dalam foto tersebut? Contohnya, di foto diatas ini, ada bayangan besar di tanah yang memberi kesan bahwa ada pohon besar di belakang anak itu namun pohon itu tidak mungkin untuk dimasukkan di dalam foto ini. Yang juga tidak ada adalah teman bermain anak tersebut. pakah anak laki-laki itu hanya bermain bola sendirian atau fotografer sengaja tidak mengikutsertakan teman bermainnya?
Bentuk: Bagaimana Foto Tersebut Disusun?
Dasar dari fotografi ‘memaksa’ kita untuk bekerja dengan bingkai, membuat keputusan tentang apa yang harus ditagkap atau tidak dalam sebuah foto. Dalam bingkai sebuah foto, kita menggunakan berbagai teknik untuk menggiring orang yang melihat ke sekitar obyek yang difoto dan memberi penekanan pada beberapa obyek dibandingkan obyek lainnya. Teknik menyusun obyek ini banyak mengandung arti tentang apa yang ada di dalam foto ini dan apa yang ingin disampaikan oleh fotografer.
Lihatlah apa yang fotografer ingin tampilkan di dalam bingkai dan dengan teknik apa. Bagaimana fotografer tersebut menggiring anda untuk memahami isi foto dalam bingkai? Perhatikan penempatan subyek di dalam bingkai dan penggunaan garis acuan, kedalaman bidang dan fokus. Apakah fotografer tersebut memilih jarak yang akan menonjolkan suatu objek atau mengurangi fokus pada benda lainnya? Bagaimanakah fokus foto saat menggunakan teknik tersebut? Apa yang ingin disampaikan oleh fotografer tentang subyek foto dari teknik yang mereka gunakan?
Kadang-kadang, seorang fotografer dapat dengan bebas menyusun obyek sebelum memasukkannya ke dalam bingkai foto dan mengambil foto tersebut. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengambil foto benda mati, foto produk, atau foto studio. Di waktu lain, fotografer dihadapkan dengan situasi yang apa adanya dan harus memilih perspektif untuk menyusun berbagai obyek di dalam bingkai. Untuk melihat bagaimana fotografer tersebut menyusun dan mengatur obyek, anda dapat mencoba untuk memutar balik foto tersebut dan membayangakan foto tersebut sebagai benda datar di atas kertas dengan berbagai bentuk dan obyek dan bukan sebagai sebuah penggambaran dari ruang tiga dimensi. Bentuk apakah yang anda lihat? Apakah ada berbagai garis dan pengulangan dalam foto tersebut? Apa yang garis dan bentuk tersebut ingin sampaikan di dalam foto tersebut?
Dalam foto di bawah ini, fotografer menggunakan garis dan berbagai bentuk untuk menggiring orang yang melihat foto tersebut untuk melihat melewati orang-orang yang berada di depan dan melihat ke orang kedua sebagai subyek dari foto tersebut. Garis yang dibentuk oleh kursi yang ada di depan, sudut cahaya yang masuk dari jendela yang jauh, dan lantai papan yang mengarah ke seorang nenek yang duduk di tengah dalam foto tersebut— titik penting yang disusun dalam foto tersebut. Fotografer tersebut juga menggunakan gerbang ruangan untuk membentuk bingkai di sekitar nenek tersebut dan sepasang orang tua yang ada di kejauhan. Jika orang yang melihat foto itu melewati nenek tersebut dan melihat ke arah orang tua dan jendela yang ada di latar, garis yang diciptakan oleh perabotan dan dinding di sebelah kanan akan mengarahkan kembali mata orang yang melihat ke nenek tersebut. Penyusunan fotografer tersebut menceritakan bahwa nenek tersebut adalah seorang pemimpin keluarga, dia adalah sumber kekuatan di dalam foto tiga generasi ini.






Cahaya dan bayangan juga termasuk sebagai obyek dalam foto ini, jadi pastikan anda juga memperhatikannya saat memahami sebuah foto. Perhatikan dimana cahaya dan bayangan tersebut diletakkan. Bagaimanakah
bentuknya? Apa hubungan cahaya dan bayangan tersebut terhadap bingkai
foto? Apa yang diletakkan dalam bayangan dan cahaya. Bagaimana
penggunaan cahaya dan bayangan yang digunakan oleh fotografer tersebut
menjelaskan tentang foto tersebut dan cerita dibaliknya? Contohnya, pada
foto di atas, cahaya masuk melalui jendela di latar dan menghilangkan
sepasang orang tua tersebut dari sorotan tapi dengan sempurna menyorot
nenek tersebut. Anak laki-laki yang berada di ruang terbesar dari foto
tersebut berada dalam bayangan. Ada cahaya yang masuk dari jendela di
belakangnya, tapi cahaya itu lemah dan tidak menyinari wajah anak
laki-laki tersebut atau buku yang sedang dibacanya. Apakah fotografer menggunakan cahaya dan bayangan untuk memberitahu Anda tentang anak laki-laki dan tempatnya dalam keluarga?
Media: Bahan dan Proses Apa Yang Digunakan?
Media adalah bahan dan proses yang digunakan untuk membuat suatu karya seni. Yang termasuk dalam media untuk foto antara lain perlengkapan (kamera dan lensa), alat yang dipakai untuk merekam (digital atau analog, dan jika analog, jenis dan bentuk roll apa yang dipakai?), proses pengembangan atau penyesuaian, dan penyajian akhir (dicetak atau tidak, dan jika dicetak, ukuran, tipe kertas dan bagaimana cara membingkainya?)
Foto bersejarah akan dicetak hitam putih sesuai kebutuhan, akan tetapi foto modern bisa dicetak warna atau hitam putih. Perhatikan pilihan yang dibuat oleh fotografer tersebut dan apa artinya terhadap cerita dari fotografer tersebut. Jika foto tersebut diambil dengan analog, jenis roll film yang dipakai juga akan membuat perbedaan yang signifikan dalam bagaimana subyek foto tersebut diambil. Apakah roll yang dipakai mempunyai kontras yang tinggi dan bertekstur, Ataukah roll film tersebut lebih lambat, halus dengan tone warna yang tidak terbatas? Jika foto tersebut dicetak dalam warna, apakah warna yang digunakan ditingkatkan atau diubah atau jika foto tersebut dicetak dalam hitam putih, apakah foto tersebut warnanya sesuai? Aapakah foto tersebut diambil dengan kamera ponsel atau kamera dengan format yang besar? Apakah hal itu berpengaruh? Apakah fotografer tersebut menggunakan lensa tertentu—lensa fisheye misalnya— untuk memberi penekanan di dalam bingkai tersebut?
Ketika memperhatikan media, perhatikan juga pilihan fotografer terhadap konteks standar dan kemajuan fotografi yang sedang berlaku. Foto modern yang disajikan dalam hitam putih dapat memberitahu kita tentang apa yang ingin fotografer tersebut sampaikan, namun jika foto tersebut diambil 70 atau 80 tahun yang lalu tentu saja foto tersebut memang berwarna hitam dan putih. Hal ini sama dengan jika seorang fotografer modern menggunakan proses fotografi untuk mengambil foto bersejarah—menggunakan collodion basah misalnya—hal itu akan menambah arti dari foto tersebut.
Di foto di bawah ini, anda tidak akan dapat mengetahui apakah fotografer tersebut memang mengambil foto tersebut dalam hitam putih, tapi anda dapat melihat bahwa foto hitam putih tersebut telah diatur untuk mendapatkan foto yang dingin dan muram. Kurangnya tekanan dalam foto tersebut menunjukkan bahwa foto tersebut diambil dengan lensa lebar, dan bahkan dengan lensa tersebut, fotografer sudah dapat menghasilkan foto panorama yang menakjubkan. Bagaimanakah teknik tersebut memperkuat hasil fotonya? Apakah teknik tersebut mempengaruhi perasaan anda tentang pemandangan tersebut?



Ketika memperhatikan media, perhatikan juga bagaimana foto tersebut dipajang. Foto yang sama dapat menghasilkan dua interpretasi yang berbeda tergantung pada apakah foto tersebut dipajang di sebuah galeri, dicetak di majalah atau ditampilkan di website pribadi. Bagaimana anda akan mengartikan foto di atas jika foto tersebut digunakan sebagai foto sampul di majalah perjalanan atau di materi yang mengusung tentang kesadaran lingkungan? Apakah anda akan mendapatkan arti yang berbeda jika foto tersebut dicetak dalam kanvas setinggi 6 kaki, di dalam bingkai foto atau digantung di galeri seni?
Konteks: Bagaimanakah Keadaan Sekitar Saat Foto Tersebut Diambil?
Konteks melibatkan pemikiran luas tentang kondisi yang saling berhubungan diantara bagaimana foto tersebut diambil dan bagaimana orang akan melihat foto orang tersebut. Hal ini meliputi budaya dimana foto tersebut diambil; misalnya, waktu, kepercayaan masyarakat, dan kebudayaan setempat yang dapat memperdalam foto tersebut dan mempengaruhi fotografer. Sebuah foto yang menggambarkan berbagai macam hidangan laut, buah-buahan tropis dan kristal dapat diartikan sebagai sebuah apresiasi terhadap tekstur, cahaya dan warna foto, tapi jika foto tersebut diambil pada akhir tahun 1800an, dimana hidangan laut, buah-buahan tropis dan kristal sangat mahal dan sulit untuk didapatkan pada saat itu, foto tersebut dapat juga diartikan sebagai simbol dari kekayaan. Bagaimana jika foto tersebut diambil saat krisis makanan terjadi: bagaimana hal tersebut akan mengubah interpretasi anda?
Foto berikut ini dapat diartikan secara berbeda, tergantung dimana foto tersebut diambil. Foto tersebut akan menceritakan suatu cerita jika foto tersebut diambil di sebuah ruang tunggu rumah sakit, dan foto yang sama bisa mempunyai cerita yang berbeda jika diambil di pemberhentian transit. Bagaimana jika foto tersebut diambil di sebuah taman atau di kereta yang padat? Apakah cerita tersebut akan berubah jika orang yang memakai baju bermotif bunga tersebut adalah seorang keluarga, teman atau orang asing?



Mempertimbangkan konteks sebuah foto bisa menjadi sangat dalam dan rumit saat kita mengartikan foto dari sebuah konflik. Foto yang diambil oleh jurnalis yang berada di tengah konflik akan
berbeda dengan foto yang diambil oleh pengamat yang berada di luar
konflik atau jurnalis setempat. Demikian juga saat sebuah foto diambil
secara diam-diam, hasil yang didapatkan akan mempunyai cerita yang
berbeda dengan foto yang diambil oleh wartawan resmi. Hal lain yang juga
harus dipertimbangkan adalah siapa yang menerbitkan foto tersebut dan
siapa yang mengambil foto tersebut. Foto pemberontakan Arab Spring yang
diterbitkan diambil oleh fotografer mancanegara dan lokal. Bagaimana
budaya yang dibawa oleh fotografer tersebut akan mempengaruhi cara anda
untuk mengartikan sebuah foto?
Tim Hetherington, seorang jurnalis perang berkebangsaan Inggirs, dikenal dengan usahanya untuk melukiskan bagaimana konteks dari sebuah konflik akan membentuk foto peperangan dan bagaimana sebuah foto peperangan dapat membentuk sebuah konflik. Hetherington menyebutnya sebagai “the feedback loop”: berita, film, dan foto peperangan dapat mempengaruhi pemuda yang akan melakukan hal yang sama dengan apa yang telah mereka lihat saat mereka dihadapkan dengan konflik. Foto konflik tersebut nantinya akan menciptakan berita, film dan foto dari perang tersebut dan seterusnya.
Konteks yang meliputi maksud yang ingin disampaikan oleh fotografer saat mengambil foto tersebut. Maksud yang ingin disampaikan tidak langsung menjadi arti yang pasti, tapi hal itu pasti juga berkontribusi dalam arti di foto tersebut. Hasil karya seorang fotografer juga dapat dibentuk oleh pengaruh yang berada di luar maksud dan kesadaran dari sang fotografer. Richard Avedon bermaksud untuk menawarkan sudut pandang baru tentang orang-orang Amerika Barat ketika dia mengambil foto untuk koleksinya yang berjudul “In the American West”. Namun, foto Avedon tentang kerja keras dan penderitaan diantara kelas pekerja di Barat banyak dikritik sebagai eksploitasi, karena, mereka menganggap perspektif Avedon secara tidak sadar lebih condong dan dipengaruhi oleh kesuksesannya sebagai fotografer dari Timur. Apakah kritik tersebut mengubah pandangan anda terhadap koleksi fotonya? Avedon telah mengalami sakit parah sebelum mengeluarkan project Amerika Baratnya. Apakah hal ini mengubah cara anda mengartikan fotonya? Bagaimana jika, kita menduga, bahwa Avedon telah mendandani orang-orang untuk difoto sebagai seseorang yang bukan mereka?
Fotografer seringkali mengambil foto yang lebih baik dari yang mereka tahu. —Minor White
Cerita dari sebuah foto juga dibentuk oleh orang yang melihat foto tersebut. Kita memahami gambar dari sudut pandang kita sendiri terhadap dunia dan nilai-nilai yang ada. Saya tertarik dengan visual yang menggambarkan suatu cerita, jadi saya lebuh suka terlibat dengan foto dokumenter daripada jika saya disodorkan foto yang abstrak. Sama halnya dengan ketika saya ingin memahami foto dari sebuah konflik di Ukraina, hasil pengamatan saya bisa jadi akan berbeda dari orang Ukrania sendiri. Hal ini bukanlah berarti suatu perspektif lebih benar dari yang lainnya atau bahkan hanya perspektif dari sang fotografer lah yang benar. Edward Weston mengkritik keras mereka yang mencoba menambahkan arti seksual di foto paprika hijau yang diambilnya. Weston mempertahankan agar obyek fotonya tetap terlihat seperti apa yang ia foto. Fakta bahwa banyak orang yang masih melihat arti seksual di foto paprika Wetson ini berbicara sama banyaknya tentang orang yang melihat foto ini dan juga sang fotografer tersebut. Tetapi, jika Weston tidak bermaksud untuk membuat foto paprikanya terlihat sensual, apakah hal itu berarti bahwa orang yang melihatnya telah salah mengartikannya? Cara mengujinya adalah dengan melihat apakah konsistensi di dalam foto tersebut dapat memuat interpretasi seksual dari orang yang melihatnya.
Saya mengatakan bahwa saya merasa jijik dan lelah saat karya saya dicap dan diliputi oleh mereka yang menyangkut pautkannya dengan kondisi mereka yang jelas-jelas tidak normal dan membuat frustasi: orang-orang yang secara seksual tidak terpenuhi dan menyiratkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pergejolakan faham Freudian yang belum dicerna. —Edward Weston
Isi: Cerita Apa Yang Ingin Disampaikan Oleh Foto?
Dengan memperhatikan subyek foto, bentuk, media dan konteks dari sebuah foto secara bersamaan, kita dapat membentuk suatu kesimpulan tentang isi dari suatu foto. Dengan mencermati sebuah foto kita dapat mengutarakan gambaran visual yang ada di dalam bingkai dengan kata-kata. Seringkali kita dapat mengetahui arti dalam sebuah foto secara intuisi, namun dengan meluangkan waktu untuk memahami sebuah foto akan memberi kita pengertian lebih terhadap foto itu sendiri dan apa yang foto itu sang fotografer ingin sampaikan. Pada akhirnya, belajar untuk mengartikan sebuat foto menolong kita untuk menuliskan foto tersebut. Pemahaman dalam membaca visual sama bergunanya dalam mengambil sebuah foto dan mengartikan foto yang sudah selesai.
Tidak semua foto akan mengandung isi yang rumit dan tidak semua proses mengartikan akan mengungkap semua nuansa yang ada di foto tersebut. Edward Weston menjaga agar obyek yang difotonya tetap diartikan apa adanya. Minor White berpendapat bahwa anda dapat memfoto sebuah obyek seperti apa adanya, namun anda juga dapat mengambil foto atau orang lain yang melihat dapat mengartikan, benda tersebut sebagai obyek lain. Dan Alfred Stieglitz mempercayai bahwa anda dapat mengambil foto sebuah obyek dengan maksud untuk menimbulkan reaksi emosional. Terlepas dari tingkat analysis yang dimaksudkan oleh sang fotografer atau yang penikmat foto lakukan, yang pasti adalah mengembangkan kemampuan dalam membaca visual akan memberikan anda pengalaman yang lebih kaya saat mengambil foto dan melihat sebuah foto.
Lakukan sebuah percobaan dalam mengartikan foto dengan menggunakan fitur komen dibawah untuk memberikan penafsiran anda tentang foto di bawah ini.


