Advertisement
  1. Photo & Video
  2. Photography Fundamentals

Pengenalan Dasar Exposure Bagi Pemula

Scroll to top
Read Time: 13 min
This post is part of a series called Ready, Set, Exposure.
Quick Tip: Should You Buy a Light Meter?

Indonesian (Bahasa Indonesia) translation by Yosef Andreas (you can also view the original English article)

Hari ini kita akan menelusuri konsep exposure, langsung dari awalnya. Artikel ini tidak akan membingungkanmu dengan angka dan jargon yang kompleks, tapi itu akan membantumu merasa lebih percaya diri dengan kemampuan fotografimu dan mengerti konsep dasar yang menjadi bagian vital dalam jigsaw fotografi.

Tutorial Terbitan Ulang

Setiap beberapa minggu, kami mengunjungi kembali artikel favorit pembaca sepanjang histori situs ini. Tutorial ini pertama kali diterbitkan bulan Juni 2010.


Pendahuluan

Saya percaya ada tiga jenis fotografer: teknis, artistik, dan mereka yang memiliki visi artistik serta menggabungkan pengetahuan teknis untuk mencapai visi itu. Tidak ada yang salah atau benar. Semuanya hanya berbeda dalam pendekatan dan pelaksanaannya.

Fotografer pertama yang pernah saya mentori adalah seorang wanita yang sungguh artistik. Dia punya bakat dalam melihat hal-hal yang tidak terbayangkan oleh orang lain. Dia juga seorang pembelajar yang rakus dan dia meminta bantuanku untuk hal-hal teknis yang dapat membuatnya lebih baik lagi.

Saya mulai melontarkan semua angka, teori, dan ilmunya. Responnya? "Whoa, pikiranku tidak berkerja seperti itu." Dan dia benar. Orang yang sangat artistik berpikir secara berbeda, otak mereka menghitung hal-hal secara berbeda dari orang yang berpikir lebih secara analisis dan ilmiah.

Saya perlu mengubah cara pembelajaran untuk mencocokkan dengan cara berpikirnya. Karena itulah yang akan saya lakukan dengan artikel ini - menjelaskan teknologi tanpa matematika dan angka dan teori.

Ngomong-ngomong, murid tersebut sekarang merupakan salah satu fotografer portrait top di negaranya (dan saya rasa terkenal dimana-mana) dan saya tidak bisa lebih bangga lagi terhadapnya. Dia menginspirasiku setiap hari.


Segitiga Exposure

Ada tiga bahan dasar utama untuk exposure yang bagus: Aperture, Shutter Speed, dan ISO. Oke, ya saya bilang tidak ada matematika, namun saya akan menggunakan sedikit geometri untuk mengilustrasikan efek dari ketiga komponen tersebut terhadap satu sama lain. Pastinya bukan saya yang pertama kali memikirkan ini sebagai segitiga namun saya kira ini perwakilan yang paling baik.

Pikirkan sebuah exposure sempurna sebagai segitiga sama sisi - seluruh sudutnya sama, panjang seluruh sisinya sama. Sekarang jika kamu mengganti hanya satu bagian exposure atau segitiga tersebut, bentuknya sudah tidak sempurna lagi sehingga kamu perlu mengubah titik segitiga lainnya namun dengan jumlah yang berlawanan untuk membuat segitiga kemudian exposure tersebut sempurna kembali.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Seperti yang dapat kamu lihat, seluruh elemen exposure memiliki sebuah efek terhadap lainnya - sehingga dengan itu kita perlu mengetahui bagaimana dan mengapa pada seluruh elemen untuk benar - benar mengetahui bagaimana mendapatkan baik exposure yang bagus dan hasil yang diinginkan dalam foto kita.

Sekarang kamu mungkin bertanya; "Mengapa kita perlu memiliki pengaturan ketiga-tiganya untuk mendapatkan exposure. Mengapa tidak hanya satu saja?" Yah, di abad terakhir pada hampir setiap kamera point and shoot, memang seperti itulah caranya. Nilai aperturenya tetap, begitu juga dengan shutter speed dan - bahkan kamu dapat membeli film dengan ISO berbeda - biasanya hanya satu yang direkomendasikan untuk kamera tertentu. Namun itu sangat terbatas.

Karena kamera tersebut diatur untuk scene rata - rata, kamu hanya bisa memotret dalam cahaya siang normal atau (jika kamu menggunakan flash) dalam kondisi indoor. Lupakan tentang memotret cahaya sunset natural atau pemotretan di malam hari. Lupakan tentang menghentikan gerakan mobil balap. Kamu terjebak dengan apa yang kamu punya.

Sekarang kita ingin lebih artistik dalam foto kita dan kita ingin lebih banyak kendali terhadap apa yang kita potret. Jadi untuk mencapai kendali artistik dan teknis tersebut, kita perlu mengetahui tentang setting berbeda yang dapat kita gunakan dan mengapa kita menggunakannya.

Jadi mari kita mulai dengan Aperture


Aperture

Aperture adalah sebuah bukaan (agak) melingkar di dalam lensa yang dapat diatur dari lingkaran terkecil hingga lingkaran berukuran hampir selebar lensa itu sendiri. Kita menyesuaikannya untuk mengatur lebih banyak atau lebih sedikit cahaya yang mengenai sensor atau film. Pikirkan tirai jendela sebagai aperture, dan tembok dalam ruangan yang berhadapan dengan tirai itu sebagai sensor atau film. Saat kita membuka tirai, lebih banyak cahaya yang melewatinya dan kita dapat melihat tembok di belakang kita semakin terang.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Sama halnya saat kita membuka aperture lensa, kita mendapatkan lebih banyak cahaya dalam sensor atau film.

Pembukaan dalam lensa atau Aperture dinyatakan dalam f stops dan berikut ini adalah jenis rentang f stops:

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Kamu mungkin berkata; tunggu dulu sebentar, mengapa bukaan terbesar memiliki angka terkecil? Yah, pikirkan dengan cara ini; bayangkan angka tersebut sebagai angka terbawah sebuah fraksi. Jadi jika kita memiliki f4 yang berarti 1/4 dan f8 yang berarti 1/8 maka 1/4 lebih besar dari 1/8. Oke? Oke.

Angka Aperture yang saya miliki di atas mewakili "Whole Step" cahaya dari satu ke berikutnya. Apakah whole step itu? Whole step mewakili kenaikan atau penurunan dua kali lipat cahaya yang melalui lensa. Jadi f1.4 akan melewatkan cahaya dua kali lebih banyak dibandingkan f2.0 f2.0 dua kali lebih banyak cahaya dibandingkan f2.8 atau kita juga dapat mengatakan bahwa f2.8 setengah cahaya dibandingkan f2.0.

Pada lensamu, kamu mungkin melihat angka di antara angka - angka di atas. Itu mewakili entah 1/3 atau Ω stops (tergantung pada model kamera) jadi kita dapat mengatur di atas whole stop.

Jadi kita memiliki semua aperture yang berbeda untuk melewatkan jumlah cahaya yang berbeda pula. Mengapa saya harus peduli dan mengapa harus memilih satu dibanding yang lainnya? Inilah dimana sisi artistik muncul - untuk membantu membuat keputusan tersebut. Berikut adalah style artistik yang berbeda yang dapat kita gunakan dan bagian gambar yang terdampak oleh Aperture.


Depth of Field

Ketika kita melihat sebuah gambar, ada bagian yang dalam fokus sempurna dan ada juga bagian yang mulai kehilangan fokusnya. Kamu dapat memiliki sebuah nilai Depth of Field (DOF) yang kecil dimana fokus hanya terjadi pada subyek, atau kamu dapat memiliki DOF yang dalam dimana semuanya berada dalam fokus - atau dimana saja di antaranya.

Depth of Field ditentukan oleh tiga hal; aperture (f stop), jarak terhadap subyek, dan focal length lensa (50mm, 200mm, dll), dengan Aperture yang memiliki efek mendalam terhadap DOF. Mari kita lihat bagaimana penampakan sebuah gambar hanya dengan mengubah - ubah aperture dan membiarkan setting dua elemen lainnya:

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Fotografer yang mengambil gambar portrait biasanya menggunakan aperture yang besar (angka yang kecil) untuk DOF yang rendah dengan tujuan menampakkan dan memisahkan subyeknya. Fotografer landscape biasanya menggunakan aperture yang kecil untuk mendapatkan DOF yang sangat dalam, mulai dari foreground hingga background.

Seperti biasa, ada pengecualian untuk aturan ini dan itu diatur oleh ide artistik dan visi sang fotografer.


Memotret Dalam Cahaya Rendah

Seperti contoh tirai jendela, dengan membuka aperture akan melewatkan lebih banyak cahaya untuk mengenai sensor atau film. Jadi ketika memotret dalam cahaya rendah, akan membantu jika kamu membuka aperture untuk memudahkan kedua sisi lain dari segitiga exposure yang akan saya jelaskan lebih lanjut nanti pada bagian shutter speed dan ISO.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Shutter Speed

Shutter speed mengontrol seberapa lama cahaya masuk melalui aperture ke dalam sensor atau film digital. Semakin lama waktunya, semakin banyak cahaya yang akan mengenai permukaannya. Ini yang dilakukan shutter speed secara teknis.

Secara artistik, shutter speed mengontrol gerakan. Apakah kita ingin menghentikan gerakan atau menunjukkan gerakan, shutter speed adalah bagian dari exposure yang mengontrol aspek itu.

Shutter speed dinyatakan dalam fraksi detik yaitu 1/8, 1/125, 1/1000 dll. namun dalam banyak kamera digital modern kamu mungkin tidak melihat simbol 1/ (tapi mereka tetapi merupakan fraksi). Kamu akan lebih melihatnya dinyatakan sebagai 8, 125, 1000 dll.

Pertimbangan pertama yang harus kita pikirkan adalah: dapatkah kita memegang kamera pada kecepatan ini dan tidak menyebabkan gerakan halus dan mengakibatkan gambar menjadi kabur atau tidak tajam? Kebanyakan orang dapat memegang kamera pada rentang 1/60 hingga 1/200 pada sebuah lensa normal. Ketika kamu menggunakan lensa telephoto kamu mungkin perlu menggunakan shutter speed yang lebih cepat.

Aturan umum saat ini yang berlaku adalah ambil nilai focal length pada lensa dan potret dalam kecepatan paling tidak seperti itu. Jika kamu memiliki sebuah lensa telephoto 300mm, nilai minimum shutter speed seharusnya berkisar antara 300 (umumnya 1/300 atal 1/320). Jika kamu tidak dapat memegang dengan baik, kamu harus menggunakan tripod.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Di atas itu kita sekarang dapat membuat keputusan artistik - apakah kita ingin menghentikan gerakan, atau menunjukkan gerakan? Dan ini adalah keputusan yang perlu kamu buat. Terkadang kita ingin menghentikan subyek kita dan tetap menjaganya tampak tajam dan jelas. Di saat lain kita ingin beberapa blur pada subyek untuk memberikan impresi bagi pengamat bahwa obyek bergerak pada kecepatan itu.

Pada gambar kereta kota di bawah ini, pada contoh pertama kita menggunakan shutter speed yang tinggi untuk menghentikan kereta pada saat itu melewati gedung (dimana ini yang kita inginkan). Namun apakah pengamat benar-benar tahu kalau kereta sedang bergerak atau hanya berhenti di stasiun?

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Pada contoh kedua kita memperlambat shutter speed hingga .3 (3/10) detik. Sekarang pengamat dapat melihat bahwa kereta sedang bergerak melewati gedung.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Lagi, ini adalah keputusan yang harus kamu buat. Apa yang ingin kamu sampaikan? Contoh lain penggunaan shutter speed yang tinggi untuk menghentikan gerakan:

Menghentikan gerakan jet saat itu terbang, atau mobil pada kecepatan tinggi. Menghentikan ayunan tongkat pemain baseball, penyelam di tengah lengkungan di atas air. Sekali lagi kamu menggunakan shutter speed yang tinggi untuk menghentikan gerakan atau tindakan.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Pada gambar di bawah ini, sebuah shutter speed yang lambat digunakan (pada sebuah tripod) untuk melembutkan air dan menunjukkan gerakannya. Hal yang sama berlaku pada air terjun, lautan atau air mancur.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

ISO

ISO adalah sensitifitas sensor atau film terhadap cahaya. Semakin tinggi sensitifitasnya, semakin sedikit waktu (shutter speed) atau semakin sedikit cahaya (aperture) yang dibutuhkan untuk mengenai sensor untuk mendapatkan exposure yang benar. Ini sangat mudah diatur hampir pada setiap kamera, dalam rentang antara 200 hingga 1600. Kamera yang lebih canggih mampu mendapatkan angka melebihi itu.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Kita menggunakan ISO untuk membantu mencapai apa yang kita ingin lakukan dengan dua sisi lainnya dari exposure; Aperture dan Shutter Speed. Kamu mungkin bertanya; Kenapa kita tidak menggunakan angka paling sensitif saja lalu melupakannya? Yah karena kekurangan dari ISO yang tinggi adalah itu meningkatkan noise dalam gambar. Terkadang ini menyebabkan gambar terlihat jelek sehingga menjadi tidak berguna (atau paling tidak tidak dapat dicetak dalam ukuran besar).

Jadi tujuan kita adalah menggunakan ISO sekecil mungkin, namun menyeimbangkannya untuk apa yang ingin kita capai.

Jika memotret di luar ruangan pada cahaya cerah atau sedikit terang, maka kita dapat menggunakan ISO 100 atau 200 dengan mudah. Pada hari yang lebih terang kita perlu mengubah ISO ke 400. Khususnya jika kita menggunakan aperture yang kecil (melewatkan sedikit cahaya) untuk memotret landscape dengan DOF tinggi, sambil menyesuaikan shutter speed kita tetap dapat memegangnya dengan aman tanpa bantuan tripod.

Ketika kita bergerak ke dalam ruangan yang pencahayaannya cukup terang kita perlu memindahkan ISO ke 800 - 1600 untuk mendapatkan foto dengan pencahayaan natural tanpa menggunakan flash. Saat kita berpindah ke ruangan atau jalanan bercahaya redup, kita perlu menaikkannya ke ISO 3200 atau lebih tinggi (ingat bahwa tidak semua kamera dapat memotret pada ISO setinggi ini tanpa noise yang berlebihan).

Berikut beberapa potongan close-up untuk melihat efek noise ISO pada gambar.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure
beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Menempatkannya Semuanya Untuk Mendapatkan Exposure Sempurna

Apakah exposure sempurna itu?

Yah secara teknis, setiap scene yang kita potret memiliki range dinamis. Range dinamis adalah perbedaan antara bagian paling terang dan paling gelap sebuah scene. Sensor atau film memiliki range dinamis juga (secara teknis itu adalah lintang exposure - namun kami memilih rambut).

Apa yang kita harap ingin capai adalah menangkap range dinamis scene tersebut ke dalam gambar. Sehingga bagian paling terang suatu gambar (katakanlah langit) tidak tersapu dan menghilangkan detil, dan bagian paling gelap (bayangan atau area gelap pada latar depan) tidak menimbulkan noise.

Terkadang range dinamis scene dapat melampaui range dinamis kamera kita, sehingga kita harus membuat pilihan pada bagian mana kita ingin mendapatkan exposure terbaik. Biasanya dengan kamera digital yang terbaik adalah memiliki area paling terang dalam exposure yang bagus dan tidak tersapu. Namun itu dapat bergantung pada situasi.

Jika kita mengambil sebuah portrait, kita ingin subyek terpapar sempurna bahkan jika itu berarti menghiraukan bagian lainnya dari gambar. Terkadang itu adalah pengorbanan yang perlu kita buat, jika kita tidak bisa mengubah kondisi pemotretan atau tidak memiliki pilihan untuk mendukung pencahayaan.

Gambar pertama dalam kondisi overexposed. Ada cahaya yang bagus pada bebatuan namun langit dan awan kehilangan detilnya karena overexposure.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Gambar ini dalam kondisi underexposed. Langitnya memiliki detil yang bagus namun latar depannya gelap dan semua detil kalah terhadap noise pada bebatuan.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Gambar ini terekspos dengan baik dalam kondisi pencahayaan range dinamis yang tinggi. Ada detil dan warna langit yang bagus dan kamu dapat menampilkan seluruh area bebatuan dan latar depan dengan lengkap.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Kenyataannya adalah, walaupun mungkin secara teknis itu merupakan exposure yang bagus, kamu mungkin juga menggunakan exposure secara artistik dan dengan segaja menyapu area atau memilih nuansa gelap dalam sebuah gambar. Kamu dapat membiarkan mata artistikmu memimpin jika perlu.


Latihan Segitiga Exposure

Sekarang setelah kita memiliki pemahaman dasar dari tiga elemen exposure. Mari kita periksa bagaimana kita mungkin menggunakannya dan melihat interaksi di antaranya.

Katakanlah kita ingin memotret balapan mobil dan kita ingin menghentikan gerakannya. Hari itu cuaca cerah jadi kita akan menggunakan ISO 100. Kita ingin menghentikan gerakan mobil yang melaju cepat, jadi kita memilih shutter speed 1/1000 detik - namun dengan shutter speed tersebut berdasarkan meter pada kamera akan memberikan nilai aperture 5.6

Jadi kita tahu dari apa yang kita pelajari tentang aperture, itu mungkin akan memberikan DOF yang rendah dan ada beberapa mobil balap lain yang ingin kita tampilkan dalam fokus tertentu. Jadi bagaimana kita memperbaikinya? Kita tidak dapat mengubah shutter speed, jadi kita beralih ke bagian lain dari trio; ISO.

Jika kita menggerakkan ISO dua stop ke 400, maka kita dapat membuat aperture dua kali lebih kecil dan mendapatkan DOF yang kita perlukan ditambah shutter speed yang kita inginkan untuk menghentikan gerakan.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Kita masih pada set kamera yang sama, namun saat kita sedang dalam balapan kita menemukan sebuah kamera klasik yang cantik di area parkir. Kita ingin memisahkannya dari background yang jelek jadi kita memutuskan bahwa sekarang kita memerlukan DOF yang pendek. Jadi kita membuka lensa pada f4 dalam lensa 200mm.

Ini memberikan kita pemisahan dan DOF yang baik namun itu menyebabkan nilai shutter speed menjadi 1/6000 detik! Sebenarnya ini tidak masalah - kita memegang kamera kita, tidak menghentikan gerakan apapun - namun kita ingin ini menjadi foto yang bagus dan layak untuk dicetak pada ukuran sangat besar.

Jadi mengapa kita tidak menurunkan ISO dua step ke ISO 100, itu menurunkan shutter speed dua stop ke 1/1600 namun karena kita menurunkan ISO kita akan mendapatkan lebih sedikit noise dalam gambar saat dicetak ukuran besar.

beginner's guide to exposurebeginner's guide to exposurebeginner's guide to exposure

Ingat kembali bagian aperture saat saya menampilkan gambar pemotretan jalan di malam hari. Saya menggunakan aperture f8. Sekarang saya tahu bahwa itu akan berada dalam cahaya rendah jadi saya meningkatkan ISO ke 3200 namun itu berdampak pada shutter speed menjadi 1/8 detik - terlalu lambat untuk dipotret dengan dipegang. Namun, saya juga tanpa menggunakan tripod.

Karena scenenya rata dan tidak ada kedalaman pandangan (dan saya tidak perlu khawatir tentang DOF), saya membuka aperture ke f2.8 yang menjadikan shutter speed 1/60 dimana ini sangat mudah untuk memotret dengan memegang.


Kesimpulan

Menyadari sesuatu? Untuk setiap tindakan satu stop yang kita ambil, kita membuat sebuah penyesuaian yang sama namun berlawanan pada bagian lain segitiga exposure. Ketika kita melewatkan lebih banyak cahaya pada satu tempat, kita mengontrolnya dalam tempat lainnya untuk memberikan kita exposure yang sempurna.

Exposure dan tiga elemennya; Aperture, Shutter Speed dan ISO, dapat menjadi subyek yang sangat rumit dan penuh perhitungan. Namun saya harap saya telah memberikanmu beberapa hal dasar dan dalam cara yang mudah dimengerti sehingga kamu dapat menggunakan kameramu lebih efisien. Lebih baik lagi, saya harap saya telah meningkatkan sisi senimu ke tingkatan berikutnya karena pemahaman teknis ini.

Advertisement
Did you find this post useful?
Want a weekly email summary?
Subscribe below and we’ll send you a weekly email summary of all new Photo & Video tutorials. Never miss out on learning about the next big thing.
Advertisement
Start your 7-day free trial*
Start free trial
*All Individual plans include a 7-day free trial for new customers; then chosen plan price applies. Cancel any time.